Minggu, 31 Maret 2013

Terapi Eksistensial Humanistik


PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Terapi eksistensial ,terutama, berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistik memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi.Pendekatan eksistensial humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
 
A.Konsep-konsep utama
1.Pandangan tentang sifat manusia
Psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia.Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada suatu pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial, yaitu ;
a. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
c.Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.

B. Proses-proses terapeutik
1. Tujuan-tujuan terapeutik
a. Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi dasar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya.
b. Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihan
nya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan
memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban
kekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya.
2. Fungsi dan peran terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha memiliki klien sebagai ada dalam dunia.Tehnik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman.Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
a. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
c. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
d. Berorientasi pada pertumbuhan
e. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
f. Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
g. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
Hidup dan pandangan humanistiknyatentang manusia secara implisit menun
Jukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif

h. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
Mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i. Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan
Kebebasan klien.

3.Pengalaman klien dalam terapis
Dalam terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya.dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kec emasan apa yang akan dieksplorasikan.Melalui proses terapi, klien bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan-pandangannya menjadi riel.

4. Hubungan antara terapis dan klien
Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensional.Penekanan diletakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih-alih pada tehnik-teknik yang mempengaruhi klien.Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang, bukan “masalah” klien.Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik difokuskan kepada “disini dan sekarang”.Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan langsung.

Penerapan teknik-teknik dan Prosedur-prosedur Terapeutik
Prosedur-prosedur terapeutik bisa dipungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya.Metode-metode yang berasal dari terapi Gestal dan analisis transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan kedalam pendekatan eksistensial humanistik.


Tema-tema dan dalil-dalil utama eksistensial : Penerapan-penerapan pada praktek terapi
.a. Dalil 1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-altivitas berpikir dan memilih yang khas manusia. Kesadaran diri membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lain. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang, semakin ia hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia.Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling. Kesadaran diri banyak terdapat pada akar kebanyakan kesanggupan manusia yang lain, maka putusan untuk meningkatkan kesadaran diri adalah fundamental bagi pertumbuhan manusia.

b. Dallil 2 : Kebebasan dan Tanggung Jawab.
Kebebasan adalah kesanggupan untuk meletakkan perkembangan ditangan sendiri dan untuk memilih diantara alternatif-alternatif. Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, keiniginan, dan putusan pada pusat keberadaan manusia. Tugass terapis adalah membantu kliennya dalam menemukan cara-cara klien sama sekali menghindari penerimaan kebebasannya, dsan mendorong klien itu untuk belajar menanggung resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
c. Dalil 3 : Keterpusatan dan Kebutuhan akan orang lain.
Kita masing-masing memiliki kebutuhan yang kuat untuk menemukan suatu diri, yakni menemukan identitas pribadi kita. Kita membutuhkan hubungan dengan keberadaan-keberadaan yang lain. Kita harus memberikan diri kita kepada orang lain dan terlibat dengan mereka.
1. Keberanian untuk ada yaitu usaha menemukan inti dan belajar bagaimana hidup
dari dalam memerlukan keberanian. Kita berjuang untuk menemukan, untuk
menciptakan, dan untuk memelihara inti dari ada kita.
2. Pengalaman kesendirian yaitu bahwa kita memikul tanggung jawab atas pilihan
pilihan kita berikut hasil-hasilnya, bahwa komunikasi total dari individu yang satu
dengan individu yang lainnya tidak pernah bisa dicapai, bahwa kita adalaha
individu-individu yang terpisah dari orang lain, dan bahwa kita adalah unik,
3. Pengalaman keberhubungan yaitu bahwa kita bergantung pada hubungan dengan
orang lain untuk kemanusiaan kita, dan kita memiliki kebutuhan untuk menjadi
orang yang berarti dalamdunia orang lain, yang mana kehadiran orang lain penting
dalam dunia kita, dan kita mempewrbolehkan orang lain memiliki arti dalam dunia
kita, maka kita mengalami keberhubungan yang bermakna.

d. Dalil 4 : Pencarian makna
Terapi eksistensial bisa menyediakan kerangka konseptual untuk membantu klien dalam usahanya mencari makna hidup.Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri.
1. Masalah penyisihan nilai-nilai lama yaitu nilai-nilai tradisional (dan nilai-nilai
yang dialihkan pada seseorang) tanpa disertai penemuan nilai-nilai lain yang sesuai
untuk menggantikannya.
2. Belajar untuk menemukan makna hidup yaitu hidup tidak memiliki makna dengan
sendirinya, manusialah yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup itu.
Tugas proses terpeutik adalah menghadapi masalah ketidakbermaknaan dan
membantu klien dalam membuat makna dari dunia yang kacau.
3. Pandangan eksistensial tentang psikopatologi yaitu adanya konsep psikopatologi
yang menyatakan tentang dosa eksistensial yang timbul dari perasaan tidal lengkap
atau dari keasadaran seseorang bahwa tindakan-tindakan dan pilihan-pilihannya
tidak bisa menyatakan potensi-potensi secara penuh sebagai pribadi.


e. Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan.
1. Kecemasan sebagai sumber pertumbuhan yaitu kita mengalami kecemasan dengan
meningkatnya kesadaran kita akan kebebasan dan atas konsekuensi-konsekuensi
dari penerimaan ataupun penolakan kebebasan kita itu.
2. Pelarian dari kecemasan adalah suatu fungsi dari penerimaan kita atas kesendirian
dan, meskipun kita bisa menemukan hubungan yang bermakna dengan orang lain,
kita pada dasarnya tetap sendirian.
3. Implikasi-implikasi konseling bagi kecemasan yaitu membantu klien untuk
menyadari bahwa belajar menoleransi keberdwiartian dan ketidaktentuan serta
belajar bagaimana hidup tanpa sandaran dapat merupakan fase yang penting dalam
perjalanan dari hidup yang bergantung kepada menjadi pribadi yang lebih otonom.

f. Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan non ada.
Para eksistensialis tidak memandang kematian secara negatif, dan mengungkapkan bahwa hidup memiliki makna karena memiliki keterbatasan waktu. Karena kita bersifat lahiriah, bagaimanapun, kematian menjadi pendesak bagi kita agar mengganggap hidup dengan serius. Ketakutan terhadap kematian membayangi mereka yang takut mengulurkan tangan dan benar-benar merangkul kehidupan
g. Dalil 7 : Perjuangan untuk Aktualisasi Diri
Setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk menjadi seorang pribadi, yakni mereka memiliki kecendrungan kearah pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi potensi-potensinya secara penuh. Jika seseorang mampu untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya sebagai pribadi, maka ia akan mengalami kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia, sebab demikianlah alam mengharapkan mereka berbuat.

Senin, 25 Maret 2013

Terapi Psikoanalisa

Seperti yang kita ketahui bahwa psikoterapi merupakan metode-metode atau cara untuk membantu seseorang (klien) menyembuhkan atau setidaknya mengurangi gangguan-gangguan psikologis yang terjadi pada dirinya. Metode-metode yang digunakan dalam psikoterapi ini semua berdasarkan ilmu-ilmu yang ada dalam kajian psikologi, makadari itu cukup banyak metode yang digunakan dalam psikoterapi yang diterapkan oleh terapis pada klien. Metode – metode yang diterapkan tersebut  jelas disesuaikan dengan jenis masalah dan kebutuhan klien.

Kali ini kita akan coba membahas salah satu metode yang digunakan dalam psikoterapi, yaitu metode psikoanalisa/psikoanalisis. Psikoanalisa sendiri dipelopori oleh tokoh psikologi yang terkenal yaitu Sigmund Freud. Seperti konsep psikoanalisa Sigmund Freud, terapi dengan metode ini juga mempunyai konsep yang didasari oleh struktur kepribadian dasar manusia yaitu id, ego, dan super ego. Metode ini sendiri merupakan upaya perawatan terhadap perilaku abnormal atau gangguan dengan cara mengidentifikasikan penyebab-penyebab ‘tak sadar’ dari perilaku atau gangguan yang terjadi (diderita klien). Hal ini sangat berkaitan dengan konsep struktur pikiran yang diungkapkan oleh Freud. Freud mengungkapkan bahwa penyebab ‘tak sadar’ itu merupakan konflik yang disebabkan adanya kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dalam diri tiap individu dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian individu  sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan.
Adapun tujuan dari metode terapi psikoanalisa/psikoanalisis ini anytara lain:
  1. Membentuk kembali struktur karakter individu dengan cara  membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri klien
  2. Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak klien
Metode yang digunakn dalam terapi psikoanalisis/psikoanalisa
1. Hipnotis
Awal kemunculan hipnotis diperkirakan sekitar tahun 1700-an, ketika itu, seorang dokter Wina bernama Franz Anton Mesmer memperlihatkan suatu teknik animal magnetism, tapi kemudian berubah menjadi hipnotisme karena penekanan dari teknik tersebut dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan kesadaran yang berubah melalui sugesti verbal. Pada abad ke-19, Jean-Martin Charcot, seorang dokter Prancis yang hidup sekitar tahun 1825-1893 itu melihat hipnotis sebagai cara untuk membantu orang-orang supaya menjadi santai. Pada tahun yang tidak diketahui, di Paris, Charcot melakukan eksperimen dengan menggunakan hipnotis untuk menangani hysteria, yaitu suatu kondisi di mana seseorang mengalami kelumpuhan atau mati rasa yang tidak dapat dijelaskan oleh pelbagai macam penyebab fisik.
2. Asosiasi Bebas
Free Association, buku karangan Bollas (2002) yang kemudian dialihbahasakan  ke dalam bahasa Indonesia oleh Winarno (2003) menjadi ‘Asosiasi Bebas’ merupakan acuan utama dalam menjabarkan hal ihwal asosiasi bebasnya Freud. Dalam buku setebal seratus halaman tersebut, asosiasi bebas secara sederhana didefinisikan sebagai bicara bebas, yaitu sesuatu yang tidak lebih dari berbicara tentang apa yang terlintas dalam pikiran, beralih dari satu topik menuju topik lain dalam suatu urutan yang bergerak bebas serta tidak mengikuti agenda tertentu.
3. Analisis Mimpi
Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content latent atau  muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.
4. Transferensi
Dalam psikoanalitik Freud, transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pelbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya.
5. Penafsiran
Penafsiran itu sendiri adalah penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari asosiasi-asosiasi, berbagai mimpi, dan transferensi dari pasien. Sederhananya, yaitu setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.