Senin, 05 November 2012

akulturasi dan relasi internalkultural


Akulturasi
Setiap daerah memiliki kekhasan budaya masing-masing, namun lambat laun dengan arus globalisasi yang terjadi banyak budaya asing yang masuk ke suatu daerah yang memiliki kebudayaan tertentu. Kemudian kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contohnya yang terjadi di Indonesia saat ini, baju batik di Indonesia, yang digabungkan dengan model baju dari luar negri sehingga menghasilkan baju batik modern, disini budaya batik masih tetap ada namun di inovasikan menjadi batik modern. Hal tersebut terjadi karena adanya akulturasi, yaitu proses sosial yang timbul bilamana suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Atau bisa juga di definisikan sebagai perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan serasi.
Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Sedangkan   Gillin & Gillin mendefinisikan akulturasi sebagai proses dimana masyarakat-masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada pencampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
 Akulturasi dapat terjadi akibat faktor-faktor berikut ini:
 Faktor internal, antara lain:
  1. Bertambah atau berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi). Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama lembaga kemasyarakatannya.
  2. Penemuan-penemuan baru
  3. Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
  4. Invention : penyempurnaan penemuan baru
  5. Innovation: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada.
    1. Pertentangan (konflik) masyarakat. Pertentangan atau konflik merupakan salah satu sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok.
    2. Terjadinya pemberontakan atau revolusi. Adanya revolusi atau pemberontakan dalam suatu negara akan menimbulkan perubahan.
 Faktor eksternal, antara lain:
  1. Lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia. Terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, meletusnya gunung berapi, banjir besar, angin topan, dan semacamnya mengakibatkan masyarakat harus meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah ke tempat tinggal yang baru. Mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut.
  2. Peperangan. Peperangan dengan negara lain dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang dalam peperangan akan memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.
  3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi) dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan.
 Internakultural 
 Internakultural (komunikasi antarbudaya) menurut Stewart L. Tubbs, adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (baik dalam ras, etnik, atau sosioekonomi) atau gabungan dari semua perbedaan ini.  Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan internakultural sebagai human flow across national boundaries. Misalnya, dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan internakultural sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Berikut ini terdapat fungsi-fungsi dari internakultural:
 Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
  1. Menyatakan identitas sosial.
  2. Menyatakan integrasi sosial.
  3. Menambah pengetahuan.
  4. Melepaskan Diri atau Jalan Keluar.
Fungsi Sosial
  1. Pengawasan
  2. Menjembatani
  3. Sosialisasi nilai
  4. Menghibur
Prinsip-Prinsip Internakultural
  1. Relativitas bahasa. Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologi linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita.
  2. Bahasa sebagai cermin budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Bila perbedaan budaya semakin besar, maka perbedaan bahasa juga akan semakin besar dan  makin sulit komunikasi dilakukan.
  3. Mengurangi ketidakpastian.Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain
    1. Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya. Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Namun, hal tersebut dapat membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
    2. Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya. Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab.
    3. Memaksimalkan hasil interaksi. Dalam internakultural seperti dalam semua komunikasi, kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi.

Jumat, 12 Oktober 2012

Transmisi Budaya dan Biologis individu

  1. Transmisi Budaya Balajar
Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Cultural transmission is the way a group of people or animals within a society or culture tend to learn and pass on new information.
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan . Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Kepribadian dan budaya belajar. Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya belajar berkaitan dengan aspek eksternal individu.
  1. Kepribadian yang selaras. Kepribadian yang selaras adalah kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat yang bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah individu yang menjadikan pendukung kebudayaan yang besangkutan secara penuh karena jenis kepribadian yang dimilkinya itu terbentuk karena pengaruh kebudayaan dimana ia tinggal.
  2. Kepribadian yang menyimpang. Kepribadian sesorang tidak selalu tumbuh sebagaimana yang diinginkan oleh orang tuanya atau masyarakat bersangkutan. Orang tua dan masyarakat hanyalah menyediakan sarana bagi perkembangan kepribadian. Suatu perkembangan tidak bisa memaksa individu untuk menjadi hitam semua atau putih semua. Kepribadian adalah sesuatu yang bersifat kejiwaan dan perkembangan mempunyai dinamika tersendiri. Adanya kenyataan bahwa kepribadian itu tidaklah senantiasa sama dalam suatu masyarakat, dapat kita perluas dengan menunjukan gejala banyaknya orang yang memilki kelainan jiwa. Penyakit ini disinyalir disebabkan oleh adanya tekanan-tekanan sosial-budaya yang amat besar mempengaruhi kepribadian individu-individu besangkutan.
    1. Sarana pewarisan budaya belajar. Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan . Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan sesuatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap paling baik dan telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat. Tanpa mempertahankan usaha pewarisan, maka masyarakat akan punah dan dilupakan. Usaha pewarisan budaya ini perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Caranya adalah dengan melibatkan berbagai institusi sosial yang ada, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai lembaga atau seseorang penyalur informasi.
      1. Lingkungan Pendidikan Keluarga. Dalam lingkungan keluarga memungkinkan seorang individu atau kelompok melakukan suatu identifikasi dilingkungannya, dan secara perlahan-lahan diinternalisasikan dalam kehidupannya. Proses identifikasi dalam keluarga menjadikan seseorang dapat mengenal keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara dekat maupun saudara jauh. Para orang tua atau kelompok yang sudah mapan dalam tansmisi kebudayaan berfungsi sebagai nara sumber aktifmelalui tindakan yang bersifat responsif dan senantiasa mendorong, menjelaskan berbagai kenyataan yang ada dilingkungan beserta perubahan-perubahan yang berlangsung disekitarnya. Upaya merespon, mendorong dan menjelaskan itu didasarkan atas pengalaman, pengetahuan, yang berlaku dilingkungannya sehingga cara-cara melaksanakan pembelajaran itu senantiasa disesuaikan dengan perwujudan kebudayaannya. Atau dengan kata lain cara-cara budaya belajar itu tidak lain sebagai hasil adaptasi dirinya dengan kebudayaan yang dianutnya. Keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapat pelajaran pertama kali di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal.
      2. Lingkungan pendidikan masyarakat. Masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan untuk hidup bersama. Pada prinsipnya suatau masyarakat terwujud apabila di antara kelompok individu-individu tersebut telah lama melakukan kerja sama serta hidup bersama setelah menetap. Sistem pewarisan budaya lewat lingkungan masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata sosial, diantaranya pemilahan hak milik, perkawinan, religi, sitem hukum, sestem kekerabatan dan sistem edukasi.
      3. Lingkungan pendidikan sekolah. Sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan menghaluskan moral dan menjadikan akhlak yang baik. Sekolah dalam masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pendidikan di sekoah dalam kerangka pewarisan budaya jelas sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan dan interaksi moral itu berdasarkan rancangan atau program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Dan proses pewarisan budaya disekolah dilakukan secara bertahap, terencana dan terus-menerus.
      4. Lingkungan pendidikan media masa. Media masa adalah bagian dalam masyarakat yang bertugas menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan, dan sebagainya. Sifat media masa adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama. Media masa sebagai media kontrol terjadinya berbagai penyimpangan dari nilai dan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Salah satu fungsi media masa yakni sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Banyak informasi yang diberitakan dan memuatnya berbagai pendapat-pendapat mengenai berbagai masalah dilingkungan masyarakat sacara langsung tidak langsung akan memperluas wawasan para pembacanya.
  1. PROSES PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR
Individu atau kelompok sosial akan berkesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut:
  1. Adanya kesadaran individu tentang kelemahan pola budaya belajar yang selama ini dianutnya.
  2. Adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru.
  3. Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya.
  4. Adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan, temasuk perubahan dalam budaya belajar, diantaranya adalah:
  1. 1.       Faktor waktu dalam perubahan budaya belajarPerubahan budaya belajar yang disebabkan oleh faktor waktu disebut juga perubahan budaya belajar yang alamiah. Perubahan budaya belajar dalam konteks ini berjalan sejalan dengan perkembangan individu atau kelompok sosial, misalnya perubahan budaya belajar anak-anak, kemudian budaya belajar usia remaja, budaya belajar manusia dewasa.
  2. 2.       Faktor kontak budaya dalam perubahan budaya belajar. Kontak budaya merupakan perubahan budaya belajar yang tidak alamiah. Kontak budaya dalam perubahan budaya berlangsung dalam proses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kehidupan dijadikan kepentingan pemenuhan kebutuhan bagi suatu masyarakat.
  3. 3.       Faktor kecepatan dalam perubahan budaya belajar. Kecepatan perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Kenyataanya setiap individu atau kelompok sosial memilki tingkat perubahan budaya sebagai sesuatu yang tidak bisa dipungkiri.
Berikut ini adalah proses-proses sampai terjadinya perubahan budaya belajar, yaitu:
                          1.         Akulturasi budaya belajarAkulturasi sudah ada sejak dulu dalam sejarah budaya manusia. Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan. Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam antara lain : pertama, kontak budaya belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari dua masyarakat. Kedua, kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Ketiga, kontak budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam politik maupun ekonomi.
                          2.         Asimilasi budaya belajarAsimilasi adalah proses sosial yang timbul saat ada:
  1. Golongan manusia dengan latar belakang budaya yang berbeda.
  2. Saling bergaul langsung secara intensif dalam waktu yang lama.
  3. Kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujud menjadi unsur budaya campuran.
Biasanya golongan minoritas lah yang mengubah sifat khas dari unsur budayanya dan menyesuaikan dengan dengan budaya dari golongan mayoritas sampai kehilangan budaya pribadinya dan masuk dalam kelompok mayoritas. Asimilasi budaya pada dasarnya proses saling mempelajari pola budaya belajar antar individu dan kelompok sehingga dapat mengembangkan budaya belajar masing-masing. Karena berkaitan dengan perubahan, maka awalnya melakukan identifikasi pola budaya belajar diantara yang sedang berasimilasi untuk kemudian dilanjutkan bersama-sama dalam bentuk perumusan dan tindakan budaya belajar secara konkrit. Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lambat bergantung kepada beberapa faktor, yakni:
  1. Adanya toleransi yang memadai antara dua individu atau kelompok masyarakat yang memilki perbedaan-perbedaan.
  2. Adanya faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar.
  3. Adanya faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya.
  4. Adanya faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar
Suatu perubahan budaya belajar akan diterima suatu masyarakat apabila memenuhi syarat-syarat: pertama, masyarakat bersangkutan harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang diawali adanya kesadaran bersama bahwa budaya belajar yang saat ini berlangsung sudah tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan. Kedua, perubahan budaya belajar yang ditemukan harus dapat dipahami dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya. Ketiga, penemuan budaya belajar harus bisa diajarkan pada masyarakat. Keempat, penemuan budaya belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan datang. Kelima, perubahan tersebut harus tidak merusak prestise pribadi atau pribadi atau golongan.
                          3.         Difusi budaya belajar. Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari satu budaya belajar individu ke individu yang lainnya atau intra-masyarakat atau dari masyarakat ke masyarakat lainya atau difusi inter-masyarakat. Proses peniruan budaya belajar disebut imitasi. Proses imitasi budaya belajar tidak selalu dipandang negatif, karena pada prisipnya individu atau kelompok sosial itu tengah melakukan identifikasi budaya belajar baru. Gejala peniruan ini berbentuk trial and error artinya mencoba-coba, bisa benar atau juga salah. Kalau kebetulan benar, maka budaya belajar baru akan terus digunakan dalam kehidupan mereka dan digunakan untuk mengganti budaya belajar sebelumnya.
                          4.         Dampak perubahan budaya belajar. Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-hari dilingkungan kita. Kita ketahui bersama bahwa pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan ini pada dasarnya adalah proses perubahan dari luar. Perubahan melalui pembangunan berkonsekuensi pada perubahan pada pola dunia belajarnya. Setiap individu atau kelompok masyarakat menginterpretasikan sulitnya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadi individu atau kelompok sosial mengubah pola budaya belajar dalam kehidupannya. Respon perubahan budaya belajar pada suatu masyarakat dengan tingkat kebudayaannya memilki cara yang berbeda dalam menanggapi perubahan. Cara tersebut didasarkan pada perbedaan dalam latar belakang karakter budaya masing-masing berikut dengan ciri khasnya. Sebagai mana dipahami, latar belakang budaya yang diartikan sebagai model pengetahuan, pada dasarnya difungsikan untuk menginterpretasikan pengalaman dan lingkungannya serta yang mendorong terwujudnya suatu kelakuan. Penetrasi budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial dapat berubah yang disebakan oleh kontak dengan dunia luar. Penetrasi budaya adalah proses penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar. Unsur yang datang dari luar secara perlahan ikut menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian secara perlahan unsur tersebut masuk dan mengubah budaya belajar atau sebagian budaya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.
  1. Hambatan
Hambatan-hambatan yang dihadapi saat melakukan proses transmisi budaya belajar adalah:
                        1.         Tidak adanya toleransi yang memadai antara dua individu atau kelompok masyarakat yang memilki perbedaan-perbedaan.
                          2.         Tidak adanya faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya.
                          3.         Tidak adanya faktor perkawinan campuran yang menjadi faktor kuat dalam terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar.
                          4.         Tidak adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar yang selama ini dianutnya.
                          5.         Tidak adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru.
                          6.         Tidak adanya sistem perangsang dalam masyarakat yangt mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak menenai temuannya.
                          7.         Ada beberapa syarat-syarat budaya belajar yang tidak terpenuhi, yang menyebabkan budaya belajar yang baru tersebut kurang atau tidak diterima oleh masyarakat.
Dari hambatan-hambatan yang telah tertera di atas, ada salah satu hambatan yang menjadi hambatan yang paling utama adalah tidak adanya kesadaran dari para individu tentang kelemahan dari pola budaya belajar yang selama ini telah dianut oleh mereka.
  1.           Solusi
Solusi atau langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk mengatasi atau menyelesaikan hambatan yang paling utama adalah dengan cara memberikan pengetahuan kepada individu tentang pola budaya belajar yang selama ini dianutnya. Memberikan kelemahan-kelemahan tentang budaya yang dianutnya tersebut. Setelah itu mencoba membandingkannya dengan pola budaya belajar yang baru yang belum mereka pahami dan mereka anut.
Langkah-langkahnya adalah:
  1. Mencoba mengidentifikasi individu tersebut terlebih dahulu, untuk mencari tahu bagaimana cara yang pas untuk memberi tahu individu tersebut tentang kelemahan pola belajar yang selama ini dianutnya.
  2. Setelah mengidentifikasi dan menemukan cara yang pas untuk memberi tahu individu tentang kelemahan pola budaya belajar yang dianutnya, kita sudah mulai bisa memberikan alasan-alasan agar individu tersebut mau merubah pola budaya belajar yang dianutnya selama ini dengan pola budaya belajar yang baru. Selain alasan, kiat jauga perlu memberikan contoh-contoh yang nyata tentang kelemahan atau kelebihan pola budaya belajar yang lama dan dengan kelemahan atau kelebihan dari pola budaya belajar yang baru.
  3. Jika individu tersebut tetap tidak mau merubah pola budaya belajar, maka kita perlu memberikan alasan-alasan yang lain dan yang lebih nyata agar dapat mendukung dan lebih memantapkan kembali individu tersebut agar mau berubah.
Cara lain yang dapat kita pergunakan adalah dengan mendekati pemimpin atau orang yang lebih di tuakan yang ada di dalam kelompok tersebut agar dapat memberikan pengertian kepada individu bahwa pola budaya belajar yang selama ini dianutnya perlu diganti dengan pola budaya belajar yang baru yang lebih modern dan efektif.

Selasa, 09 Oktober 2012

Transmisi budaya dan biologis serta awal perkembangan dan pengasuhan


1. TRANSMISI VERTICAL
GENERAL ACCULTURATION
Dari orang yang lebih tua/orang tua, pada busaya
sendiri (intra) informal
misal: anak disiplin karena melihat orang tuanya
SPECIFIC SOCIALIZATION
Peristiwa yang disengaja, terarah dan sistematis
misal : anak di didik untuk tidak membantah pada    
orang tua
pendidikan formal


2. OBLIQUE TRANSMISION
Dari orang dewasa lain, yang budayanya sama (enkulturasi/ sosialisasi)
dari orang yang budayanya beda (akulturasi/ resosialisasi)
GENERAL ACULTURATION
orang dewasa yang budanya sama
anak meniru sopan-santun orang dewasa mis dari guru
SPECIFIC SOCIALIZATION
misal : guru menanamkan sifat-sifat kerja sama

GENERAL ACCULTURATION
Orang dewasa yang berbudaya beda
misal  : model pakaian
SPECIFIC RESOCIALIZATION


3. HORIZONTAL TRANSMISION
GENERAL ENCULTURATION
Dari teman sebaya pada budaya yang sama
misal : anak ikut-ikutan merokok karena ikut temannya
SPECIFIC SOCIALIZATION
misal : diskusi kelompok, anak mengikuti aturan bicara
bergantian
belajar main musik dari teman





PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA


PENGERTIAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
          Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.


             Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan.


Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Kepribadian


Kepribadian cenderung menekankan perbedaan diantara individu atau dalam tradisi lintas-budaya diantara anggota budaya yang berbeda, bagaimana orang-orang menghayati diri sendiri dan konteks sosiobudaya ditempat mereka. Konteks kesamaan lintas budaya berkaitan dengan kepribadian yaitu bagaiman seseorang dapat memahami perilaku orang lain dalam budaya lain, disamping perbedaan dalam keyakinan, pendapat, sikap, dan pengetahuan. Ada 2 aspek substuntif kepribadian sebagai sumbangan psikologi lintas budaya yaitu diri (self) dan wujud kembar dari kesadaran (altered states of consciousines).


Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi

Dalam ilmu sosiologi ada istilah akulturasi, akulturasi merupakan proses dimana suatu kelompok manusia suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat-laun diterima dan dapat diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Kaitannya dengan psikologi lintas budaya yaitu bagaimana kelompok manusia  yang dihadapkan oleh kebudayaan lain yang dapat mengendalikan budaya asing  yang masuk sehingga budayanya sendiri tidak akan hilang. Unsur-unsur budaya asing yang diterima, tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga bentuknya tidak asli lagi seperti semula. Misalnya sistem pendidikan di indonesia untuk sebagian besar diambil dari unsur-unsur barat, akan tetapi sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa, sehingga merupakan kebudayaan sendiri.

  
Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi

 Ilmu antropologi menekankan pada pengertian tentang manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat serta kebudayaannya. Kaitannya dengan psikologi lintas budaya yaitu bagaimana manusia dapat memahami adanya perbedaan aneka warna kulit, bentuk fisik, kepribadian antara sesama manusia sehingga manusia  itu dapat menyesuaikan perilakunya pada kebudayaan tersebut, maka manusia dapat berelasi  baik dengan manusia lainnya.


Selasa, 20 Maret 2012

Kesehatan Mental Anak Ditentukan oleh Sikap Orang Tua

Jakarta – Sebuah penelitian di Australia mengungkapkan bahwa ada hubungan jelas antara masa pengasuhan anak yang buruk dengan anak-anak yang mesti mengalami masalah kesehatan mental. Penelitian yang dilakukan oleh Australian Institute of Family Studies (AIFS) itu menunjukkan depresi dan rasa cemas yang meningkat di kalangan orang dewasa muda yang mengalami pengasuhan yang buruk di masa kecil.
Sebaliknya, masa pengasuhan yang baik menunjukkan sumbangsih sosial dan kemanfaatan lainnya karena bisa mencegah anak mengalami masalah kesehatan mental.
“Anak yang tumbuh oleh orang tua yang suportif menunjukkan nilai tertinggi dalam kekuatan pribadi, kompetensi sosial, kepercayaan dan toleransi terhadap orang lain, dan umumnya dipercaya pihak berwenang seperti polisi atau pemerintah” ujar Diana Smart, peneliti AIFS.
“Meletakkan fondasi kuat seperti itu mampu menyangga anak dari terbangunnya masalah kesehatan mental.”
Penelitian ini mengambil data dari seribu anak muda yang berusia antara 23-24 tahun. Hasilnya menunjukkan hampir seperempat (23 persen) dari anak muda yang disurvey dilaporkan mendapat satu atau lebih bentuk pengasuhan yang salah selama masa kanak-kanak.
Kisarannya dari tertinggi 17 persen yang dilaporkan mengalamim perlakuan emosional yang salah, sampai yang terendah tiga persen terendah yang dilaporkan telah ditelantarkan selama masa pengasuhan.
Kesulitan-kesulitan keluarga lainnya adalah termasuk 18 persen yang mengalami kemiskinan, dan 12 persen yang tumbuh bersama orang tua yang mengidap gangguan mental atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa 30 persen dari mereka yang memiliki keluarga yang tidak suportif megalami depresi di masa dewasa, sementara 12 persen lainnya mengalami pengalaman sebaliknya karena mempunyai orang tua yang suportif.
Seperempat dari mereka yang tumbuh dalam keluarga yang suportif menderita penyakit cemas, sebaliknya 14 persen anak muda berbahagia karena memiliki pengalaman masa kecil yang positif.
Meskipun ada perbedaan di masa kecil, ada kencendurungan umum pada 94 persen dari seluruh peserta survey yang setuju bahwa orang tua mereka telah mengajari mereka cinta dan kasih sayang.
“Penelitian itu menunjukkan bahwa perlakuan baik selama masa masa dewasa kaum muda tergantung pada investasi aktif orang tua dalam cinta, kasih sayang dan dorongan selama masa kecil anak,” kata Direktur AIFS Professor Alan Hayes.
“Itu tidak hanya soal ketiadaan pengalaman negatif yang membuat perbedaan, namun juga mengenai masa pengasuhan orang tua yang berkualitas tinggi,” tambahnya.
Dta lainnya dari the AIFS menunjukkan, pada beberapa titik di masa kecil mereka, lima sampai sepuluh persen dari anak Australia akan mengalami penganiayaan fisik, 11 persen bakal menghadapi kekerasan emosional, dan 12 sampai 23 persen akan menghadapi masalah kekerasan dalam keluarga.
Juga, lebih dari delapan persen anak laki-laki dan 12 persen anak perempuan bakal mengalami pelecehan seksual parah.(Ant)

Senin, 19 Maret 2012

Patah hati menyebabkan gangguan kesehatan mental

Sesuatu yang bisa mengubah dunia itulah cinta. Lalu apa yang terjadi jika cinta berakhir dengan perpisahan? Perlukah Anda galau terlalu lama? Patah hati, tentu hal ini akan menghantui hidup Anda. Broken heart tidak hanya menyakitkan perasaan saja, tapi juga dapat berpengaruh pada kesehatan mental.

Cinta tak berbalas atau bertepuk sebelah tangan ternyata dapat mengakibatkan efek besar pada mental seseorang. Para ahli saraf dari Columbia University, Amerika Serikat menemukan, bahwa cinta tidak berbalas memang sangat menyakitkan dalam artian harfiah sekaligus secara fisiologis seperti dikemukakan oleh Genius Beauty.
Tampaknya jika perasaan sakit hati dituliskan melalui kertas, entah berapa halaman dan buku yang mampu menampung curahan hati Anda. Mengapa? Menurut penelitian jika Anda berada dalam posisi tersebut, kenangan bersamanya atau bahkan ketika melirik fotonya tanpa disadari akan mengaktifkan wilayah yang sama di otak seperti pada saat kita mengalami sakit fisik parah.

Selain itu, efeknya tidak hanya berlaku untuk pasangan, tetapi juga untuk semua orang-orang terdekat yang menolak kita seperti orangtua, teman, dan anggota keluarga. Untuk meredakan rasa sakit, para peneliti merekomendasikan latihan pernapasan dan psikoterapi, serta bersosialisasi dengan teman, dan keluarga.

Terakhir, para ilmuwan pun menyarankan untuk mengobati seseorang yang mengalami cinta tidak bahagia atau kehilangan seorang teman yang perhatian dan serius, bahkan jika ia sakit parah atau terluka sekalipun. Jadi, sudah saatnya Anda menjadi pria lebih tegar!
Siapa yang belum pernah patah hati:mewek? ane rasa sebagian besar agan2 pernah tu yg namanya ngerasain patah hati,emang ngadepin perasaan yang kayak gini agak2 sulit,tapi kita juga gak boleh kebawa  
Cara Mengobati Patah Hati, kali ini ane mo kasih agan2 Terapi Psikologi Patah Hati langsung aje gan :
1. Pahami dulu bahwa seseorang yg ingin sembuh dari patah hati itu bisa dianalogikan seperti seorang pecinta anjing. Pecinta anjing yang sejati biasanya hanya menyukai anjing yang berekor pendek. Ketika ia mendapati anjingnya berekor panjang, tentu ia kurang suka melihat hal itu. Makin sering hal itu dilihatnya, tentu hal itu dirasa makin mengganggu baginya. Lama-lama timbul keinginannya untuk memotong ekor itu, agar ukurannya menjadi lebih pendek dan enak dilihat. Kalau pecinta anjing itu tidak membulatkan tekadnya alias ragu-ragu dalam memotong ekor anjing itu, apa yang akan terjadi? Gerakan memotongnya pun jadi seperti mengiris. Begitu ia mulai mengiris ekor anjing miliknya, si anjing pun akan melolong kesakitan, dan karena pemilik anjing itu seorang yang peragu, ia pun menjadi tidak tega melanjutkan hal itu. Ia hentikan niatnya untuk mengiris ekor anjing hingga putus, ia obati ekor anjing itu hingga sembuh. Sampai kemudian ia merasa tidak nyaman lagi ketika dilihatnya ekor anjing itu masih tetap panjang. Begitulah orang yang ingin sembuh dari patah hati, kalau ia tidak berani total dalam menyelesaikan patah hatinya itu sampai ke akar-akarnya. Ia akan terus tersiksa dengan bayangan akan luka di masa lalunya. Lain halnya kalau pecinta anjing itu menyiapkan batinnya untuk langsung memenggal ekor anjing itu sampai putus, biarkan anjing itu melolong sekeras-kerasnya karena kemudian pemiliknya pasti akan mengobatinya sampai sembuh, dan setelah sembuh, ia akan menikmati keindahan anjing miliknya dengan ekor pendek yang ia dambakan selama ini. Inti dari langkah pertama ini adalah siapkan batin Agan bahwa sembuh dari patah hatiadalah totalitas yang pasti akan sangat menyakitkan, namun hal itu harus terjadi di satu waktu itu saja dan hasilnya baik bagi kesehatan mental Agan selanjutnya
2. Selanjutnya ane diminta untuk mempraktekkan terapi patah hati seperti cerita di atas seorang diri. Dimulai dari melenyapkan semua kenangan yang akan membuat kita tetap ingat dengan si dia.. Bakar semua foto Agan dg dia baik yg dipajang maupun yang disimpan di tempat lainnya. Jangan ada yang disisakan. Barang pemberian lainnya yang bisa disedekahkan, hibahkan kepada orang lain yang memerlukan. Kemudian sediakan waktu satu hari untuk bersedih. Agan boleh mengurung diri seharian di hari itu, putar lagu yang membuat Agan ingat dengan dirinya, menangislah kalau memang akan menangis karena itu respon yang manusiawi bila seseorang bersedih, tapi ingat! Agan hanya akan melakukan itu semua di hari itu saja. Sebelum Agan mulai itu semua, berjanjilah kepada diri sendiri bahwa Agan melakukan itu semua hanya di satu hari itu saja tujuannya "rasa sakit" yang selama ini mengganggu Agan mencapai klimaksnya dan kemudian berangsur-angsur hilang. Setelah hari itu selesai, Agan akan berhadapan lagi dengan hari demi hari dalam hidup Agan yang memang harus dilalui.

3. Langkah ke-3, ane masuk ke dalam kelas meditasi. Meditasi dilakukan di ruangan tertutup yang cukup nyaman, cukup tenang, cukup udara supaya Agan bisa nyaman bermeditasi di sana. Pergunakan pakaian yang longgar, tidak ketat, yang cukup nyaman buat Agan duduk dalam posisi bersila, dan jangan gunakan alas kaki. Pejamkan mata Agan dan hiruplah udara sebanyak-banyaknya ke dalam paru-paru dan perlahan hembuskan dengan tenang melalui hidung. Pejamkan mata, letakkan lengan di atas paha Agan yang sedang bersila, dan mulailah bermeditasi. Inti dari meditasi adalah merasakan apa yang Agan rasakan di saat itu. Kalau ada pikiran yang tiba-tiba masuk ke benak Agan, biarkan! Jangan dilawan. Kalau ada suara dari luar ruangan, jangan berhenti... Nikmati saja... Setelah 15-20 menit, Agan sudah bisa merasakan apa yang terjadi selama bermeditasi, perlahan buka mata Agan seperti biasa. Proses meditasi ini bisa Agan ulangi kalau Agan merasa meditasi yang pertama malah membuat Agan mengantuk.

4. Coba evaluasi apa yang Agan rasakan selama bermeditasi. Kalau Agan masih teringat akan kejadian yang terjadi sebelum meditasi dimulai, artinya Agan masih mudah dikendalikan oleh memori akan masa lalu. Sebaliknya kalau selama bermeditasi Agan banyak memikirkan sesuatu yang akan terjadi nanti/belum terjadi, artinya Agan masih dikendalikan oleh bayangan-bayangan akan masa depan yang belum terjadi. Namun kalau selama Agan bermeditasi Agan hanya merasakan dinginnya udara di ruangan itu, mendengarkan ada suara di luar ruangan, merasakan kaki Agan terasa dingin saat menyentuh permukaan lantai, bahkan Agan bisa merasakan setiap degup jantung Agan sendiri, itu artinya Agan sudah bisa menikmati masa sekarang Agan. 

5. Langkah ke-5 ini hanya bersifat informasi saja bagi Agan, bahwa dalam teori psikoanalisa itu ada 2 tokoh teori yang apabila diletakkan dalam satu garis, kutubnya saling berseberangan. Freud dengan pandangan yang lebih berorientasi ke masa lampau, dan Adler yang pandangan-pandangannya lebih berorientasi ke masa depan. Tanpa disadari banyak orang stress karena tidak bisa membuang kenangan-kenangan buruk di masa lalunya. Akibatnya banyak orang trauma, dan merasa bahwa kenangan buruk itu ikut berakibat buruk kepada perilakunya yang sekarang. Sadarilah bahwa manusia itu punya kehendak bebas. Ia bisa merespon sesuatu yang buruk dengan keburukan juga atau dengan kebaikan. Dengan kenangan buruk ia bisa makin terpuruk atau malah berusaha bangkit. Sebaliknya banyak juga orang yang menjadi stress, cemas, atau khawatir terhadap masa depan atau sesuatu yang belum terjadi. Reaksi atas kecemasan atau kekhawatiran itu pun bisa beragam ada yang memilih kabur (flight) dari apa yang ia cemaskan atau memilih untuk berbuat sebaik mungkin (fight) mempersiapkan diri untuk menghadapi sesuatu yang belum terjadi itu. 

Sayangnya banyak sekali di antara kita yang belum menyadari bahwa kita tidak sedang hidup di masa lalu atau masa depan. Kita hidup di masa kini. Masa sekarang. Masa di mana masih banyak orang di sekitar kita yang peduli dengan kita kalau kita mau membuka diri. Agan tidak sendiri dalam hidup ini. Agan punya teman-teman yang lain, bahkan teman-teman yang mungkin tanpa sengaja Agan abaikan selama ini. Cukuplah kenangan buruk di masa lalu hanya menjadi pelajaran berharga bagi kita. Tidak semuanya buruk. Pasti ada bagian yang bisa mendewasakan kita. Dan masa depan itu belum terjadi. Maka persiapkan masa sekarang kita dengan baik agar kita siap menghadapi masa depan itu.

Senin, 12 Maret 2012

Kesehatan Mental

Sejarah Gerakan Kesehatan Mental
Seperti kesehatan fisik, kesehatan mental merupakan aspek sangat penting bagi setiap fase kehidupan manusia. Keshatan mental terentang dari yang baik sampai dengan yang buruk. Setiap orang, mungkin dalam hidupnya mengalami kedua sisi rentangan tersebut, kadang-kadang keadaan mentalnya sangat sehat, tetapi dilain waktu justru sebaliknya. Pada saat mengalami masalah kesehatan mental, seseorang membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebuit. Kesalahan mental dapat memberikan dampak terhadap kehidupan sehari-hari atau masa depan seseorang termasuk anak-anak dan remaja. Merawat dan melindungi keshatan mental anak-anak merupakan aspek yang sangat penting yang dapat membantu perkembangan anak yang lebih baik di masa depan.
A. Era pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasisi oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitrif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebuit.
Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.
2. Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikuutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan ”Naturalisme”, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, syetan atau hantui sebagai penyebab sakit. Dia menyatakan: ”Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, akan tetapi anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantuyang melukai badan anda”.
Ide naturalkistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selajutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat ditembok dan ditempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebih, adan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar ruimah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
B. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya Psikologi Abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. ketika itu benyamin rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis dirumah sakit Penisylvania. Dirumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai ”lunaties” (orang-orang gila atau sakit ingatan).
Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui bagaimana menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersdebut didukung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-sekali digugur dengan air.
Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, dirumah mental. Ruangan ini dibedakan untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, rush mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya Mental Hygiene yang berkembang menjadi suatu ”Body Of Knowledge” berikut gerakan-gerakan yang teorganisir.
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal duinia tanggal 17 July 1887. dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40tahun dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi.
Usahanya mula-mula diarahkan pada para pasien mental dirumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung dirumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktror penting dalam membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika serilkat didirikan 32 rumah sakit jiwa, dimana dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang wanita besar di abad 19.
Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dsekade 1900-19090 beberpa organisasi kesehetran mental telah didirikan, sepert: American Social Hygiene Associatin (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi juga oleh pengalamannya sebagai pasien dibeberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama dirumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kuarang manusia). Kondisi seperti ini terjadi, karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Setelah dua tahun mendapatkan perawatan dirumah sakit dia mulai memperbaiki dirinya, dan selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk membuat suatu gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908 di menindaklanjuti gagasannya demngan mempublikasikan sebuah tulisan autobiografinya sebagai, mantan penderita gangguan mental, yang berjudul ”A Mind That Found It Self”. Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian james, sebagai seorang pakar psikologi. Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para pasien dirumah sakit-rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Disamping itu dia melupakan reformasi terhadap lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan:
  1. Mereformasi program perawatan dan pemngobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa. 
  2. Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa 
  3. Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental. 
  4. Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti Wlliam James dan seorang Psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yang mempopulerkan istilah ”Mental Hygiene” adalah Mayer.
Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasio pertama, didirikan, dengan nama ”Connectievt Society For Mental Hygiene”. Satu tahu kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan ”National Commitye Siciety For Mental Hygiene”, disini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organusasi ini bertujuannya.
  1. Melindungi kesehatan mental masyarakat 
  2. Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental 
  3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait dengannya. 
  4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya 
  5. Mengkoordinasikan lembaga-lembhaga perawatan yang ada
Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti : pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial.
Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The National Mental Helath Act”. Dokumen ini merupakan bluprint yang komprehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi:
  1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, inevetigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan. 
  2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya. 
  3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental 
  4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association For Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”, dan ”Psychiatric Foundation”.
Gerakan kesehatan mental ini terus berkambang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health” dan “The World Health Organization”.
Kesimpulan
Dari uaraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah gerakan keshatan mental mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat terlihat dari kehidupan orang-orang yunani kumo hingga pada masa modern seperti sekarang ini.

Daftar Pustaka
Yusuf, Syamsu. ”Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam kajian Psikologi dan agama”. Pustaka Bani Quraisy bandung. Bandung. 2004
Lebih mudah untuk mendefinisikan penyakit mental daripada kesehatan mental. Meskipun kita tidak selalu menderita penyakit mental yang dapat didiagnosa dengan jelas tetapi terbukti bahwa kesehatan mental seseorang berbeda dari yang lain. Beberapa dari kita secara mental lebih sehat daripada yang lain. Kesehatan mental adalah kombinasi dari faktor genetik, biologis, psikologis dan lingkungan. Suatu keadaan tidak adanya gangguan mental. Ini mencakup kemampuan individu untuk menikmati hidup dan mencapai keseimbangan antara aktivitas kehidupan dan usaha untuk mencapai kapasitas dalam menghadapi stres dan kemalangan dengan sangat tenang. Ini juga merupakan ungkapan emosi yang menandakan sebuah adaptasi sukses untuk berbagai tuntutan. Orang yang mentalnya sehat bisa bekerja secara produktif dan efektif bagi komunitas di mana ia tinggal.

Tidak ada definisi resmi yang diterima secara universal tentang kesehatan mental.
Related Coverage
Perbedaan budaya, penilaian subyektif, adat dan konvensi umum, kondisi masyarakat, politik, dan aspek sosial di mana ia tinggal adalah faktor-faktor penentu dalam menentukan hal kewarasan dari pikiran seseorang. Sehatnya mental seseorang dapat ditentukan dari karakteristik tertentu.

Pertama, kemampuan untuk menikmati hidup tanpa khawatir tentang masa depan atau memikirkan masa lalu merupakan suatu tanda pasti tentang kesehatan pikiran. Rahasia hidup adalah melihat berlalunya saat ini. Kadang-kadang orang membuat dirinya sendiri sengsara dengan memberikan perhatian terus-menerus terhadap apa yang tidak bisa disembuhkan atau tentang sesuatu yang tak dapat diprediksi. Hal ini buruk bagi kesehatan pikiran.

Kedua, kemampuan untuk menangani stres atau trauma dan bangkit kembali dari kesulitan menunjukkan kewarasan mental.
Karakteristik daya tahan seperti ini dimiliki oleh mereka yang dapat menangani situasi stres dengan mudah.

Ketiga, kesehatan mental yang lebih besar merupakan hasil dari keseimbangan dalam hidup. Dalam kehidupan, kita selalu perlu menyeimbangkan sejumlah hal. Sebagai contoh, kita akan diperlakukan sebagai 'penyendiri' jika kita tidak bisa membuat keseimbangan antara waktu yang dihabiskan untuk sosial dan untuk sendiri. Juga kita perlu menyeimbangkan antara beberapa hal seperti bekerja dan bermain. Tidur dan terjaga, istirahat dan bergerak, waktu yang dihabiskan di dalam ruangan dan waktu yang dihabiskan di luar rumah.

Keempat, fleksibilitas emosional dan kognitif adalah tanda kekuatan mental. Beberapa orang memiliki pendapat yang sangat kaku dan tidak ada diskusi yang dapat mengubahnya. Orang-orang ini menderita stres bagi harapan kaku yang mereka pegang. Orang-orangnya yang sehat mental membuka perasaan dan emosi, bukan menutup diri ke dalam ruang gelap alam pikiran.

Kelima, kita semua memiliki bakat alami atau kemampuan batin. Beberapa menggunakan potensinya dan yang lain tampaknya merusaknya. Orang yang sehat mental sedang dalam proses aktualisasi potensi diri mereka.

Keenam, fokus pada topik yang mencemaskan dan mendiskusikannya dengan orang lain adalah tanda kesehatan mental. Dekonstruksi dari kekhawatiran yang mengganggu Anda terus-menerus membuahkan kesehatan yang baik bagi pikiran.

Ini adalah hanya beberapa konsep yang penting untuk mencapai kesehatan mental. Pada kenyataannya untuk mencapai kesehatan pikiran yang menyeluruh orang harus bebas, fleksibel, berpikiran terbuka, positif, energik dan yang terpenting optimistis. Penyakit mental tidak selalu jelas terlihat. Kadang-kadang tidak terdeteksi. Kesehatan mental adalah jumlah total dari faktor yang berbeda secara bersama-sama. Orang yang bermental sehat berkontribusi banyak untuk masyarakat. Tidak ada definisi resmi mengenai kesehatan mental namun dapat diasumsikan. Aspek sosial yang berbeda, adat budaya dll, mempengaruhi kesehatan mental. Masyarakat yang berbeda melahirkan orang-orang yang berbeda. Mereka berbeda dalam mentalitas, suasana hati dan temperamen. Tetapi beberapa karakteristik umum yang ada menjadi pegangan untuk mempertimbangkan kesehatan mental seseorang. Dengan karakteristik tersebut seseorang dapat dinilai memiliki mental yang seimbang.