Carl Rogers terkenal sebagai seorang psikolog dengan
pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered atau
person-centered therapy ). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan
pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan
pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena
Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata
lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup
alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain
dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya
hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi
tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk
hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi,
makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin
memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah,
muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh
psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan
rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
1. CIRI-CIRI PERSON-CENTERED THERAPY
Ciri-ciri person centered therapy atau client
centered therapy Carl Rogers (dalam gunarsa,1996) dalam bukunya “Counseling and
Psychotherapy” menjelaskan mengenai ciri-ciri dari client centered therapy
sebagai berikut:
a. Perhatian diarahkan kepada pribadi klien dan
bukan kepada masalahnya. Tujuannya bukan memecahkan suatu masalah tertentu
tetapi membantu seseorang untuk tumbuh sehingga ia bisa mengatasi masalah baik
masalah sekarng maupun masalah yang akan datang dengan cara yang lebih baik dan
lebih tepat.
b. Hal yang kedua ialah penekanan lebih banyak
terhadap faktor emosi daripada terhadap faktor intelektual. Dalam kenyataannya,
banyak perbuatan yang dipengaruhi oleh emosi daripada oleh pikiran artinya
seseorang bisa mengerathui bahwa suatu perbuatan sebenarnya tidak baikjadi
secara rasional, intelektual, ia mengetahui itu dan tahu pula bahwa ia tidak
boleh melakukan itu namun kenyataannya lain.
c. Hal yang ketiga memberikan tekanan yang lebih
besar terhadap keadaan yang ada sekarang daripada terhadap apa yang sudah lewat
atau terjadi.
d. Hal yang keempat ialah penekanan hubungan
terapuetik itu sendiri sebagai tumbuhnya pengalaman. Di sini seseorang belajar
memahami diri sendiri, membuat keputusan yang penting dengan bebas dan bisa
sukses berhubungan dengan orang lain secara dewasa.
e. Proses terapi merupakan penyelarasian antara
gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya
f. Klien memegang peranan aktif dalam konseling
sedangkan konselor bersifat pasif-reflektif
2. TUJUAN PERSON-CENTERED THERAPY
Secara umum tujuan dari konseling ini adalah untuk
memfokuskan diri klien pada pertanggungjawaban dan kapasitasnya dalam rangka
menemukan cara yang tepat untuk menghadapi realitas yang dihadapi klien (Corey,
1986) atau dengan kata lain membantu klien agar berkembang secara optimal
sehingga mampu menjadi manusia yang berguna. (Sukardi, 1984).
Sedangkan secara terinci tujuannya adalah sebagai
berikut :
a. Membebaskan klien dari berbagai konflik
psikologis yang dihadapinya.
b. Menumbuhkan kepercayaan pada diri klien, bahwa ia
memiliki kemampuan untuk mengambil satu atau serangklaian keputusan yang
terbaik bagi dirinya sendiri tanpa merugikan orang lain.
c. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada klien
untuk belajar mempercayai orang lain, dan memiliki kesiapan secara terbuka
untuk menerima berbagai pengalaman orang lain yang bermanfaat bagi dirinya
sendiri.
d. Memberikan kesadaran kepada klien bahwa dirinya
adalah merupakan bagian dari suatu lingkup sosial budaya yang luas, walaupun
demikian ia tetap masih memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.
e. Menumbuhkan suatu keyakinan kepada klien bahwa
dirinya terus tumbuh dan berkembang (Process of becoming). (Sukardi. 1984)
Tujuan dari pendekatan terapi secara personal
mempunyai hasil berbeda-beda pada setiap orangnya tergantung pada pendekatan
masing-masing. Tujuan dari pendekatan ini agar klien dapat mendapatkan tingkat
kebebasan dari yang lebih tinggi dan integritas. Metode ini difokuskan pada
satu orang, tidak dengan diskusi masalah secara berkelompok. Roger (1977) tidak
percaya terapi ini dapat memecahkan masalah. Sebaliknya metode ini terapi ini
untuk membimbing klien agar klien dapat meningkatkan kemampuannya agar dapat
memecahkan masalah sekarang dan yangg akan datang.
Roger (1961) menulis bahwa manusia yang mengikuti
psikoterapi selalu bertanya ''bagaimana saya bisa menemukan jati diri saya
sendri, bagamana saya bisa menjadi sesuatu yng sangat saya inginkan, bagamana
saya bisa melupakan masalalu saya dan menjadi diri saya sendiri''. Tujuan yang
sudah ditekankan diatas adalah untuk mendisain suatu iklim yang kondusif agar
dpt membantu individu menjadi orang yang beguna. Sebelum klien bergerak menuju
tujuan terapi ini mereka harus melepas topengnya terlebih dahulu, hal ini
dilakukan agar mereka dapat besosialisasi dengan masyarakat. Klien datang untuk
mengetahui apa yang telah hilang dari kehidupannya dengan menggunakan facades.
Agar sesion terapi menjadi suatu terapi yg aman mereka harus menyadari
kemungkinan-kemungkinan lain baik atau buruk.
4. TEHNIK TERAPI
a. Penekanan awal pada refleksi perasaan
Roger menekankan pada pemahaman klien, ia juga
berpendapat bahwa sikap relasional therapist dengan klien merupakan jantung
atau pusat dari proses perubahan tersebut. Rogers beserta lainnya mengembangkan
pendekatan the person centered yang pada dasarnya adalah pernyataan ulang yang
sedrhana dari apa yang dikatakan klien.
b. Evolusi metode person centered
Filosofi the person centered di dasarkan pada asumsi
bahwa klien memiliki akal untu bergerak positif tanpa bantuan konselor. Salah
satu hal utama dimana person centered therapy berkembang adalah keragaman,
inovasi, dan individualisasi dalam prakteknya ( cain, 2002a). cain (2002a,
2008) percaya bahwa penting bagi therapist untuk memodifikasi gaya terapi untuk
mengakomodasikan kebutuhan spesifik setiap klien. Dalam jurnal yang ia tulis
tentang person centered therapy, cain berkata “ pemikiran saya telah berkembang
dan sekarang termasuk integrasi person centered, eksistensial, gestalt, dan
konsep pengalaman serta respon terapi. Kgunaan diri saya adalah ketika saya
dapat melahirkan aspek untuk memungkinkan adanya pertemeuan atauperjumpaan
terhadap klien saya”. Dan hari ini yang mempraktekkan pendekatan person
centered menunujukkan kemajuan baik dalam teori, prakte maupun gaya pribadi
seseorang.
c. Peran penilaian
Penilaian sering di pandang sebagai prasyarat untuk
proses tritmen. Beberapa kesehatan mental menggunakan berbagai procedure
penilaian termasuk diagnostic, identifikasi kekuatan klien dan kewajiban
pengerjaan test. Bukan lagi jadi pertanyaan tentang apakah penting penilaian
dimasukkan dalam praktek terapi tetapi tentang bagaimana melibatkan klien semaksimal
mungkin dalam proses penilaian tersebut.
d. Penerapan filosofi dari pendekatan the person
centered
Pendekatan the person centered telah diterapkan
untuk bekerja individu, kelompok maupun keluarga. Pendekatan the person cetered
juga telah terbukti sebagai terapi yang layah dan lebih berorientasi, filosofi
dasar dari the person centered memiliki penerapan untuk pendidikan SD hinga
lulus.
e. Aplikasi untuk krisis intervensi
Pendekatan the person centered terutama berlaku
dalam krisis intervensi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit,
peristiwa bencana dan kehilangan orang yang dicintai. Dalam krisis intervensi
seseorang yang mengalaminya butuh dorongan motivasi dari orang-orang
sekitarnya, kepedulian dan berusaha untuk menempatkan posisinya. Meskipun
kehadira dan kontak psikologis dengan orang yang peduli dapat membawa banyak
perubahan baik, namun dalam situasi tersebut seorang therapist perlu
menyediakan struktur dan arah yang lebih baik.
f. Aplikasi untuk kelompok konseling
Pendekatan the person centered menekankan peran unik
dari kelompok konselor sebagai fasilitator dan bukan pemimpin. Fasilitator
harus menghindari membuat komentar nterpretatif karena komentar tersebut
cenderungmembuat diri kelompok sadar dan memperlihatkan proses yang terjadi.
Referensi
Corey, G. (2009). Theoryand practice of counseling
and psychotherapy. USA: Thomson Books.
Ivey, A. E., D'Andrea, M., Ivey, M. B., &
Simek-Morgan, L. (2009). Theories of conseling dan psychotherapy. Canada:
Pearson Education, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar